Kamis, 01 Januari 2015

Stereotipe Etnis



Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut.
Kelompok-kelompok ini dinamakan ingroup dan outgroup, dimana ingroup adalah beberapa orang yang berada di dalam sebuah kelompok, sedangkan outgroup adalah orang-orang yang berada di luar kelompok tersebut.
Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif padahal faktanya stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang stereotipe dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.
Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe: psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa memperdulikan kenyataan yang sebenarnya.
Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.
Berikut adalah beberapa stereotipe mengenai etnis-etnis di Indonesia, baik dari ingroup maupun outgroup.
Batak
-  Orang Batak mengaku sebagai suku yang paling toleran di seluruh Indonesia. Karena itu menurut mereka, kerusuhan dengan motif etnik maupun agama tidak akan masuk ke “tanah air” mereka. Sudah menjadi hal yang lazim di sana bahwa orang Muslim membantu orang Kristen yang merayakan Natal, dan sebaliknya orang Kristen juga membantu orang Muslim yang merayakan Lebaran. Toleransi itu terjadi karena ada pertalian adat atau dalihan na tolu yang sangat kuat dipegang oleh orang Batak. Secara umum orang Batak mengaku tidak punya masalah dengan etnik-etnik yang lain, termasuk dengan etnik Tionghoa.
-  Orang Batak dikatakan suka berbicara dengan suara yang keras agar diperhatikan orang lain (bahkan ada yang mengidentikkan suka berbicara ini dengan suka membual).
-  Orang Batak itu pemberani dan agresif, mereka berani dalam mengemukakan pendapat sendiri walaupun mereka berada di dalam kedudukan minoritas, orang batak tidak  akan terkalahkan oleh kaum yang mayoritas.
-  Orang Batak itu kasar, ini tampak dari kebiasaan mereka yang suka berbicara keras-keras dan suka berkelahi di depan orang lain dan pernyataan ini di dukung dengan perawakan mereka misalnya bentuk dan ekspresi muka.
Jawa
-  Orang Jawa juga mengaku sebagai etnik yang paling toleran dan paling mudah beradaptasi. Dalam soal hubungan antaretnik, orang Jawa merasa tidak punya masalah dengan kelompok etnik mana saja.
-  Stereotipe orang Jawa adalah lamban dan masa bodoh.
-  Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
Minang
-  Bicara tentang Minang berarti bicara tentang Islam. Sebab orang Minang itu bisa dikatakan semuanya memeluk Islam. Orang  Minang yang tidak Islam itu secara etnis tetap Minang, tapi dia “dilempar” dari sukunya. Ada dua tali di Minangkabau, yaitu tali darah dan tali adat. Tali darahnya Islam, dan tali adatnya budaya Minang.
-  Etnis Minang disebut memiliki fanatisme kesukuan karena mereka suka membantu orang sekampung,
-  Etnis Minang itu rela tidur di emper-emper dan berdagang sampai berpeluh-peluh  asalkan bisa mengirimkan penghasilannya ke kampung halaman.
-  Sikap dagangnya kuat, tidak ada tawar menawar bagi mereka.
-  Orang Minang itu culas dan licik, seperti ada pernyataan yang mengatakan “tahimpik di ateh, takuruang di lua” ( terhimpit di atas, terkurung di luar).
Tiong Hoa
 - Orang Tiong Hoa rajin, ulet dan serius.
-  Etnis tiong hoa di Indonesia dan di seluruh dunia itu sudah sebagai perantau sejak ratusan tahun yang lalu. Mau tak mau mereka menjadi rajin dan ulet. Semakin hidup sulit semakin ulet, kalau tidak akan putus karena mereka mengalami diskriminasi di negara orang lain. Kalau etnis tiong hoa di negaranya sendiri mungkin juga ada yang malas karena merasa santai di negeri sendiri. Karena keuletannya tersebut semua etnis tiong hoa dianggap kelas menengah ke atas, dianggap orang kaya. Padahal dalam struktur sosial China, menjadi pedagang adalah pekerjaan yang paling rendah disana.
-  Ada yang mengatakan etnis tiong hoa itu bersifat industrial dan ada juga yang melabel etnis ini sebagai etnis yang commercial.
-  Orang Tiong Hoa tidak nasionalis, mereka seringkali memakai bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari bahkan di tempat umum sekalipun.
-  Orang Tiong Hoa selalu ingin duluan, misalnya mereka tidak mau antri, maunya nyerobot,tidak mau ikut aturan main.
-  Etnik yang paling aman dari persoalan disintegritas bangsa, sebab etnik ini telah menyebar ke seluruh Indonesia.
-  Orang Tiong Hoa yang menganggap rendah masyarakat pribumi
Aceh
 -  Etnik Aceh mengklaim etniknya sendiri sebagai etnik yang toleran. Toleransi antaretnik dan agama adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di sana. Karena itu, menurut mereka, di Aceh tidak akan terjadi konflik etnik atau agama. Orang Budha, Hindu, Kristen, atau siapa saja yang sembahyang di depan rumah mereka, tidak akan diganggu. Orang Aceh juga tidak menganggap ada sentimen antaretnik di sana. Yang jadi masalah adalah kalau budaya dan kultur Aceh diinjak-injak, seperti (menurut mereka) yang dilakukan oleh pemerintah pusat selama ini.
-  Seperti pernyataan atau istilah kata dalam bahasa aceh “ureng aceh bek sigepih dipesakit hatejih” (orang aceh jangan sekalipun disakiti hatinya),
-  Etnis Aceh terkenal sebagai bangsa yang gagah berani. Keterlibatan orang Aceh dalam perang di masa lalu tidak hanya  untuk kalangan laki-laki dan orang dewasa saja, tetapi juga terlibat kaum perempuan, yang banyak yang menjadi panglima perang di Aceh pada saat itu. Di situlah dapat kita melihat bahwa sifat Heroisme itu sangat kental dan hampir menyeluruh.
-  Salah satu kelebihan lainnya yang dimiliki oleh orang Aceh adalah kerja keras dan pantang menyerah. Jika dilihat dari aspek sosial, maka gerak bisnis orang Aceh sudah dimulai sejak pukul empat pagi, khususnya ketika warung kopi dibuka. Disini dapat diketahui bahwa mereka yang menjual sarapan pagi tentu bangun lebih pagi daripada jadwal mereka harus membuka warung. Sehingga kadang kala, mereka boleh jadi bangun pada jam 2 pagi. Ini menandakan bahwa orang Aceh begitu kuat kemauannya dalam mencari nafkah. Ini belum lagi jika kita lihat masyarakat nelayan yang pagi buta sudah pergi berlayar, yang kadang kala juga jarang diselingi dengan shalat subuh.
-  Etnis aceh memiliki rasa kesukuan yang sangat menonjol (sukuisme/provinsialisme), membanggakan sesama etnisnya, dan saling menjunjung tinggi adat dan agama. Contohnya saja masih berlakunya syari’ah islam.
-  Orang aceh berwatak keras, ingin menang sendiri, dan egois.
-  Etnis aceh berdarah panas atau suka marah-marah dan mau menang sendiri.

Tahap Perkembangan Masyarakat



Bila kita melihat perkembangan budaya antar masyarakat dalam satu atau antar wilayah  ada perbedaan yang terkadang menimbulkan ketimpangan. Ada masyarakat yang sudah maju dalam arti mereka sudah lebih dari yang lain dalam hal budaya ( hasil karya manusia). Ada pula masyarakat yang masih terlihat primitif  dalam arti mereka masih menggunakan teknologi sederhana dan tata kehidupan yang sederhana pula.
Berdasarkan tata kehidupan dan penciptaan serta penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi maka perkembangan masyarakat  dapat dibedakan menjadi 3 tahapan, yaitu :
  1. Masyarakat Tradisional
  2. Masyarakat  Transisi
  3. Masyarakat Modern
1.      Masyarakat Tradisional 

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang tertutup, padu monopolitik terdapatnya seperangkat pemikiran dan nilai yang meresapi,mengatur dan menguasai, menyatukan semua bidang yang ada.
Ciri-ciri masyarakat pada tahapan ini adalah : 
  1. Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen
  2. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan
  3. Secara geografis berada di daerah terpencil dan sulit terjangkau
  4. Masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem
  5. Peralatan dan teknologinya sederhana
  6. Ketergantungan kepada lingkungan
  7. Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik
2.      Masyarakat Transisi

Masyarakat  transisi adalah masyarakat yang berada di antara masyarakat tradisional dan modern.  Pada umumnya berada di daerah marginal atau pinggiran  atau kota-desa. 
Ciri - ciri dari masyarakat transisi diantaranya : 
1)      Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri
2)      Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya tingkat pendidikan yang meningkat.
3)      Mengalami perubahan ke arah kemajuan.
4)      Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
5)      Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.

Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalanraya.

     3. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah Masyarakat yang telah meninggalkan cara-cara tradisional yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. 
Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Ciri-ciri masyarakat modern : 
a)      Menerima hal-hal baru.
b)      Menyatakan pendapat baik tentang lingkungannya sendiri maupun luar.
c)      Masyarakatnya heterogen.
d)     System pelapisan sosialnya terbuka.
e)      Mobilitas sosialnya tinggi.
f)       Melakukan tindakan secara rasional.
g)      Tidak terikat pada tradisi atau adat.
h)      Menghargai waktu.
i)        Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
j)        Percaya diri.
k)      Perhitungan.
l)        Menghargai harkat hidup orang lain.
m)    Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
n)      Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan.

Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

Karakteristik Kelompok



1.      Terdiri dari dua orang atau lebih dalam interaksi sosial baik  secara verbal maupun non verbal.
2.      Anggota kelompok harus mempunyai pengaruh satu sama lain supaya dapat diakui menjadi anggota suatu kelompok
3.      Mempunyai struktur hubungan yang stabil sehingga dapat menjaga anggota kelompok secara bersama dan berfungsi sebagai suatu unit.
4.      Anggota kelompok adalah orang yang mempunyai tujuan atau minat yang sama.
5.       Individu yang tergabung dalam kelompok, saling mengenal satu    sama lain serta dapat membedakan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya.

Soekanto (2002:115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial:
1.      Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagaian dari kelompok yang bersangkutan.
2.      Adanya hubungan timbale balik antar anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3.      Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan mereka bertambah erat.
4.      Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5.      Bersistem dan berproses.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons