Selasa, 09 Juni 2015

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH



1. Pendahuluan
Dunia pendidikan tinggi identik dengan dunia keilmuan. Berbagai penelitian
ilmiah dalam berbagai disiplin, baik untuk kepentingan syarat kelulusan jenjang studi
maupun untuk kepentingan lainnya, semarak dilakukan di perguruan tinggi. Hasil
penelitian pun kemudian disajikan dalam beragam bentuk publikasi ilmiah, di antaranya
artikel, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Semaraknya penelitian ilmiah, yang disertai dengan penyajian hasil laporannya
berupa artikel ilmiah, selayaknyalah diimbangi dengan peningkatan kualitas penulisan
artikel tersebut. Peningkatan mutu penulisan artikel ilmiah antara lain terkait dengan
peningkatan mutu penyajiannya, dalam hal ini penggunaan bahasa. Artikel ilmiah yang
berkualitas tidak hanya menyajikan topik aktual yang bermanfaat untuk kehidupan seharihari,
tetapi juga memperlihatkan kecermatan dalam penggunaan bahasa.
Bahasa artikel ilmiah harus menggunakan ragam tulis baku sesuai dengan konteks
situasinya. Ragam tulis baku meliputi tata tulis atau ejaan baku, tata bahasa, yakni bentuk
kata dan kalimat baku, dan kosakata baku. Dalam menulis artikel ilmiah, sebagaimana
menulis komposisi umumnya, di samping penulis harus menguasai aspek kebahasaan,
tentu juga penulis harus menguasai penulisan komposisi, dalam hal ini, penulisan paragraf.
Dalam tulisan ini ketiga aspek kebahaan di atas dan masalah paragraf akan disajikan
secara ringkas. Materi yang disajikan mengacu kepada sering ditemukannya kesalahan
pada materi tersebut dalam penulisan artikel ilmiah. Masalah kosakata, termasuk istilah,
dibahas di bawah payung pilihan kata. Ejaan, bentuk kata, kalimat, dan paragraf dibahas
masing-masing di bawah payung tajuk yang sama.










2. Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek lain penulisan artikel ilmiah, yang biasanya meliputi topik bahasan, sistematika, dan perwajahan. Dalam tulisan ini secara berturut-turut akan dipaparkan aspek kebahasan yang meliputi (1) ejaan, (2) bentuk kata, (3) pilihan kata, (4) kalimat, dan (5) paragraf.
2.1 Ejaan
Sebagai karya tulis, artikel yang baik tecermin dari penggunaan ejaan yang benar. Berikut ini akan disajikan beberpa contoh penggunaan ejaan yang benar dalam artikel ilmiah.
a. Penulisan kata depan
Kata depan dipisahkan dari kata yang menyertainya.
Contoh:
di antaranya
di samping ‘selain’, ‘di sebelah’
ke atas
dari bawah
b. Penulisan partikel pun
Partikel pun, yang berarti ‘juga’, harus dipisahkan dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
penelitian pun
mengamati pun
sedikit pun
satu pun
Akan tetapi, penulisan pun pada kata berikut harus diserangkaikan: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
c. Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti setiap, demi. mulai, dan melalui dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
per orang ‘setiap orang’
satu per satu ‘satu demi satu’
per November ‘mulai November’
per pos ‘melalui pos’
Akan tetapi, per yang berarti ‘bagi’ dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
dua perlima ‘dua bagi lima’
satu pertiga ‘satu bagi tiga’
d. Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
(i) Gabungan kata ditulis terpisah jika unsurnya berupa kata dasar atau salah satu unsurnya hanya berawalan atau hanya berakhiran.
Contoh:
beri tahu, beri tahukan, memberi tahu
kerja sama, bekerja sama
tanggung jawab, bertanggung jawab
terima kasih, berterima kasih
(ii) Gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus dan jika salah satu unsur gabungan kata merupakan unsur terikat. Di samping itu, ada beberapa gabungan kata yang harus ditulis serangkai karena dianggap sudah padu.
Contoh:
memberitahukan
pertanggungjawaban
pascapanen
subsistem
daripada
segitiga
2.2 Bentuk Kata
a. Peluluhan Bunyi
Bunyi awal, p, t, k, dan s bentuk dasar luluh jika mendapat imbuhan me(N)- dan pe(N)-, tetapi bunyi b, d, g, c, j, dan f tidak. Awalan me(N)- dan pe(N)- tidak disertai bunyi ng ketika menempel pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi l dan r. Awalan me(N)- dan pe(N)- menjadi menge- dan penge- ketika menempel pada bentuk dasar satu suku kata, tetapi awalan di- tetap. Perhatikan beberapa contoh bentukan kata pada tabel berikut.
Tabel 1 Pembentukan Kata dengan Imbuhan Me(N)-. Pe(N)-, dan Di-

b. Hubungan Imbuhan me(N)-/ me(N)-+-kan dan pe(N)- + -an serta be(R)- dan pe(R)- + -an
Kata kerja berimbuhan me(N)/me(N)-+-kan memiliki hubungan dengan kata benda berimbuhan pe(N)- + -an, sedangkan kata kerja berimbuhan be(R)- memiliki hubungan dengan kata benda berimbuhan pe(R)- + -an. Perhatikan tabel berikut.

2.3 Pilihan Kata (Diksi)
Kata yang digunakan dalam artikel ilmiah harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan terkait dengan gagasan yang disampaikan, sedangkan kesesuaian terkait dengan situasi pemakaian. Pemakaian diksi dengan tepat artinya kata yang dipakai harus menyajikan gagasan yang tepat serta bentuk dan pamakaiannya sesuai dengan kaidah bahasa. Pemakaian diksi dengan sesuai artinya kata yang dipakai sesuai dengan kontreks situasi pemakaiannya, resmi tidak resmikah, tulisan atau lisankah. Dalam situasi resmi harus digunakan kata baku, bukan kata takbaku. Dalam penulisan artikel ilmiah biasanya digunakan peristilahan teknis sesuai dengan bidang ilmu, bukan kata umum. Perhatikanlah tabel berikut.

2.4 Kalimat
Kalimat dalam artikel ilmiah harus memperhatikan sisi keefektifan. Berikut ini beberarapa ciri kalimat efektif.
a. Subjek tidak didahului kata depan
Contoh:
1. Untuk krisis kepercayaan terhadap pemerintahan di Indonesia meluas dan mengakar.
2. Dalam penelitian ini bertujuan mempelajari unsur-unsur yang
membentuk kompetensi calon perawat profesional ….
3. Terhadap studi perubahan sosial di daerah itu berhasil mengungkapkan fenomena yang ada.
Agar subjek kalimat (1)—(3) di atas jelas, kata depan yang mengawali kalimat masing masing, yaitu untuk, dalam, dan terhadap harus dihilangkan.
b. Kata hubung intrakalimat tidak mengawali kalimat tunggal
Contoh:
4. Di beberapa daerah hujan sudah turun. Sedangkan di beberapa daerah lain belum.
5. Faktor penyebab bobolnya tanggul belum diketahui. Sehingga pemda setempat menunjuk tim khusus untuk menelitinya.
Kalimat yang diawali kata hubung intrakalimat harus digabungkan dengan kalimat sebelumnya agar menjadi padu. Perhatikan kalimat berikut sebagai perbaikan kalimat di atas.
4a. Di beberapa daerah hujan sudah turun, sedangkan di beberapa daerah lain belum.
5a. Faktor penyebab bobolnya tanggul belum diketahui sehingga pemda setempat menunjuk tim khusus untuk menelitinya.
c. Kata hubung kalimat majemuk bertingkat harus diekspilistkan
Contoh:
6. Mendapatkan rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai daerah berbahaya.
7. Tinggal di daerah yang mengalami kemarau panjang, mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Seharusnya
6a. Setelah mendapatkan rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai daerah berbahaya.
Atau
6b. Karena mendapatkan rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai daerah berbahaya.
7a. Karena tinggal di daerah yang mengalami kemarau panjang, mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
d. Tidak menggunakan kata hubung.secara bersamaan yang dapat menimbulkan kerancuan kalimat.
Contoh:
8. Walaupun masyarakat sudah mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah, tetapi tingkat daya beli mereka tetap rendah.
9. Karena belum ada penyuluhan dari petugas kesehatan maka masyarakat belum bertindak apa-apa untuk mengatasi penyakit yang muncul.
Seharusnya
8a. Walaupun masyrakat sudah mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah, tingkat daya beli mereka tetap rendah.
Atau
8b. Masyarakat sudah mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah, tetapi tingkat daya beli mereka tetap rendah.
9a. Karena belum ada penyuluhan dari petugas kesehatan, masyarakat belum bertindak apa-apa untuk mengatasi penyakit yang muncul.
Atau
9b. Penyuluhan dari petugas kesehatan belum ada maka masyarakat belum bertindak apa-apa untuk mengatasi penyakit yang muncul.
e. Menghindarkan penggunaan kata yang mubazir
Contoh:
10. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kalimat pasif yang terdapat dalam media massa cetak.
11. Data dikumpulkan hanya dari satu kecamatan saja.
Seharusnya
10a. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan kalimat pasif yang terdapat dalam media massa cetak.
11a. Data dikumpulkan hanya dari satu kecamatan.
Atau
11b. Data dikumpulkan dari satu kecamatan saja.
2.5 Paragraf
Paragraf dalam artikel ilmiah lazimnya berupa paragraf eksposisi dan paragraf argumentasi. Paragraf yang baik memperhatikan faktor kesatuan topik, kepaduan bentukmakna, dan kelengkapan gagasan. Satu paragraf hanya menyajikan satu topik atau satu gagasan, tidak boleh lebih. Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat diikat dengan kata hubung, kata ganti, atau kata kunci. Kalimat-kalimat tersebut harus saling mendukung kesatuam gagasan. Kalimat topik paragraf harus dirinci dengan beberapa kalimat penjelas. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat topik harus dihindari.
Paragraf 1 dan paragraf 2 merupakan paragraf yang tidak baik. Paragraf 1 hanya terdiri atas satu kalimat topik. tanpa ada kalimat penjelas. Paragraf 2 memuat dua gagasan yang berbeda. Oleh karena itu, paragraf 1 harus dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas. Dua kalimat topik pada paragraf 2 masing-masing harus dikembangkan menjadi paragraf baru yang terpisah.
(1) Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di mana perguruan tinggi sebagai pembinanya merupakan lembaga pendidikan tinggi yang memiliki tingkat tanggung jawab lebih besar dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya dalam mengubah sumber daya manusia Indonesia menjadi sumber daya yang mampu bersaing di tingkat internasional.
(2) Dalam menghadapi era globalisasi saat ini dan di kemudian hari peranan sumber daya manusia suatu bangsa sangat menentukan keberhasilan bangsa tersebut untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana sumber daya manusia tersebut dididik baik oleh lingkungannya maupun oleh lembaga pendidikan mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi persaingan.
3. Penutup
Menulis artikel ilmiah memerlukan pengetahuan dan pemahaman kaidah
kebahasaan di samping pengetahuan teknis lain. Artikel yang baik bukan hanya sekadar
mengemas gagasan, tatapi mempertimbangkan keapikan sarana pengemasnya, yakni
bahasa, dan kecermatan penyajiannya. Untuk terampil menulis artikel ilmiah seperti juga
terampil menulis artikel lain, perlu sering memanfaatkan kesempatan untuk berlatih.
Selamat berlatih menulis.
Bahan Rujukan
Akhadiah, Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Cet. II.
Jakarta: Erlangga.
Alam, Agus Haris Purnama. 2005. Konsep Penulisan Laporan Ilmiah (Format dan Gaya).
Cet. III. Bandung: YIM Press.
Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cet. V. Jakarta:
Grasindo.
Hariwijaya, M. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Cet. I. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Rahmadi, Muhammad dkk. 2008. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Surakarta: UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS.

0 komentar:

Posting Komentar

TULIS KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting Coupons