1. Pendahuluan
Dunia pendidikan
tinggi identik dengan dunia keilmuan. Berbagai penelitian
ilmiah dalam
berbagai disiplin, baik untuk kepentingan syarat kelulusan jenjang studi
maupun untuk
kepentingan lainnya, semarak dilakukan di perguruan tinggi. Hasil
penelitian pun
kemudian disajikan dalam beragam bentuk publikasi ilmiah, di antaranya
artikel, laporan
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Semaraknya
penelitian ilmiah, yang disertai dengan penyajian hasil laporannya
berupa artikel
ilmiah, selayaknyalah diimbangi dengan peningkatan kualitas penulisan
artikel
tersebut. Peningkatan mutu penulisan artikel ilmiah antara lain terkait dengan
peningkatan mutu
penyajiannya, dalam hal ini penggunaan bahasa. Artikel ilmiah yang
berkualitas
tidak hanya menyajikan topik aktual yang bermanfaat untuk kehidupan seharihari,
tetapi juga
memperlihatkan kecermatan dalam penggunaan bahasa.
Bahasa artikel
ilmiah harus menggunakan ragam tulis baku sesuai dengan konteks
situasinya.
Ragam tulis baku meliputi tata tulis atau ejaan baku, tata bahasa, yakni bentuk
kata dan kalimat
baku, dan kosakata baku. Dalam menulis artikel ilmiah, sebagaimana
menulis
komposisi umumnya, di samping penulis harus menguasai aspek kebahasaan,
tentu juga
penulis harus menguasai penulisan komposisi, dalam hal ini, penulisan paragraf.
Dalam tulisan
ini ketiga aspek kebahaan di atas dan masalah paragraf akan disajikan
secara ringkas.
Materi yang disajikan mengacu kepada sering ditemukannya kesalahan
pada materi
tersebut dalam penulisan artikel ilmiah. Masalah kosakata, termasuk istilah,
dibahas di bawah
payung pilihan kata. Ejaan, bentuk kata, kalimat, dan paragraf dibahas
masing-masing di
bawah payung tajuk yang sama.
2. Aspek
Kebahasaan
Aspek kebahasaan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek lain penulisan artikel
ilmiah, yang biasanya meliputi topik bahasan, sistematika, dan perwajahan.
Dalam tulisan ini secara berturut-turut akan dipaparkan aspek kebahasan yang meliputi
(1) ejaan, (2) bentuk kata, (3) pilihan kata, (4) kalimat, dan (5) paragraf.
2.1 Ejaan
Sebagai karya
tulis, artikel yang baik tecermin dari penggunaan ejaan yang benar. Berikut ini
akan disajikan beberpa contoh penggunaan ejaan yang benar dalam artikel ilmiah.
a. Penulisan
kata depan
Kata depan
dipisahkan dari kata yang menyertainya.
Contoh:
di antaranya
di samping ‘selain’,
‘di sebelah’
ke atas
dari bawah
b. Penulisan
partikel pun
Partikel pun,
yang berarti ‘juga’, harus dipisahkan dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
penelitian pun
mengamati pun
sedikit pun
satu pun
Akan tetapi,
penulisan pun pada kata berikut harus diserangkaikan: adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
c. Penulisan
Partikel per
Partikel per yang
berarti setiap, demi. mulai, dan melalui dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh:
per orang
‘setiap orang’
satu per satu
‘satu demi satu’
per November
‘mulai November’
per pos
‘melalui pos’
Akan tetapi, per
yang berarti ‘bagi’ dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
dua perlima
‘dua bagi lima’
satu pertiga
‘satu bagi tiga’
d. Penulisan
Gabungan Kata
Gabungan kata
ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.
(i) Gabungan
kata ditulis terpisah jika unsurnya berupa kata dasar atau salah satu unsurnya
hanya berawalan atau hanya berakhiran.
Contoh:
beri tahu, beri
tahukan, memberi tahu
kerja sama, bekerja
sama
tanggung jawab, bertanggung
jawab
terima kasih, berterima
kasih
(ii) Gabungan
kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus dan jika
salah satu unsur gabungan kata merupakan unsur terikat. Di samping itu, ada beberapa
gabungan kata yang harus ditulis serangkai karena dianggap sudah padu.
Contoh:
memberitahukan
pertanggungjawaban
pascapanen
subsistem
daripada
segitiga
2.2 Bentuk Kata
a. Peluluhan
Bunyi
Bunyi awal,
p, t, k, dan s bentuk dasar luluh jika mendapat imbuhan me(N)-
dan pe(N)-, tetapi bunyi b, d, g, c, j,
dan f tidak. Awalan me(N)- dan pe(N)- tidak disertai bunyi
ng ketika menempel pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi l dan
r. Awalan me(N)- dan pe(N)- menjadi menge- dan penge-
ketika menempel pada bentuk dasar satu suku kata, tetapi awalan di- tetap.
Perhatikan beberapa contoh bentukan kata pada tabel berikut.
Tabel 1
Pembentukan Kata dengan Imbuhan Me(N)-. Pe(N)-, dan Di-
b. Hubungan
Imbuhan me(N)-/ me(N)-+-kan dan pe(N)- + -an serta
be(R)- dan pe(R)- + -an
Kata kerja
berimbuhan me(N)/me(N)-+-kan memiliki hubungan dengan kata
benda berimbuhan pe(N)- + -an, sedangkan kata kerja berimbuhan be(R)-
memiliki hubungan dengan kata benda berimbuhan pe(R)- + -an.
Perhatikan tabel berikut.
2.3 Pilihan Kata
(Diksi)
Kata yang
digunakan dalam artikel ilmiah harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian.
Ketepatan terkait dengan gagasan yang disampaikan, sedangkan kesesuaian terkait
dengan situasi pemakaian. Pemakaian diksi dengan tepat artinya kata yang
dipakai harus menyajikan gagasan yang tepat serta bentuk dan pamakaiannya
sesuai dengan kaidah bahasa. Pemakaian diksi dengan sesuai artinya kata yang
dipakai sesuai dengan kontreks situasi pemakaiannya, resmi tidak resmikah,
tulisan atau lisankah. Dalam situasi resmi harus digunakan kata baku, bukan
kata takbaku. Dalam penulisan artikel ilmiah biasanya digunakan peristilahan
teknis sesuai dengan bidang ilmu, bukan kata umum. Perhatikanlah tabel berikut.
2.4 Kalimat
Kalimat dalam
artikel ilmiah harus memperhatikan sisi keefektifan. Berikut ini beberarapa
ciri kalimat efektif.
a. Subjek tidak
didahului kata depan
Contoh:
1. Untuk krisis
kepercayaan terhadap pemerintahan di Indonesia meluas dan mengakar.
2. Dalam penelitian
ini bertujuan mempelajari unsur-unsur yang
membentuk
kompetensi calon perawat profesional ….
3. Terhadap studi
perubahan sosial di daerah itu berhasil mengungkapkan fenomena yang ada.
Agar subjek
kalimat (1)—(3) di atas jelas, kata depan yang mengawali kalimat masing masing,
yaitu untuk, dalam, dan terhadap harus dihilangkan.
b. Kata hubung
intrakalimat tidak mengawali kalimat tunggal
Contoh:
4. Di beberapa
daerah hujan sudah turun. Sedangkan di beberapa daerah lain belum.
5. Faktor
penyebab bobolnya tanggul belum diketahui. Sehingga pemda setempat
menunjuk tim khusus untuk menelitinya.
Kalimat yang
diawali kata hubung intrakalimat harus digabungkan dengan kalimat sebelumnya
agar menjadi padu. Perhatikan kalimat berikut sebagai perbaikan kalimat di atas.
4a. Di beberapa
daerah hujan sudah turun, sedangkan di beberapa daerah lain belum.
5a. Faktor
penyebab bobolnya tanggul belum diketahui sehingga pemda setempat menunjuk
tim khusus untuk menelitinya.
c. Kata hubung
kalimat majemuk bertingkat harus diekspilistkan
Contoh:
6. Mendapatkan
rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai
daerah berbahaya.
7. Tinggal di
daerah yang mengalami kemarau panjang, mereka kesulitan untuk mendapatkan air
bersih.
Seharusnya
6a. Setelah mendapatkan
rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai
daerah berbahaya.
Atau
6b. Karena mendapatkan
rekomendasi tim ahli, pemerintah pusat menyatakan daerah tersebut sebagai
daerah berbahaya.
7a. Karena tinggal
di daerah yang mengalami kemarau panjang, mereka kesulitan untuk mendapatkan
air bersih.
d. Tidak
menggunakan kata hubung.secara bersamaan yang dapat menimbulkan kerancuan kalimat.
Contoh:
8. Walaupun
masyarakat sudah mendapat bantuan langsung tunai dari pemerintah, tetapi
tingkat daya beli mereka tetap rendah.
9. Karena belum
ada penyuluhan dari petugas kesehatan maka masyarakat belum bertindak
apa-apa untuk mengatasi penyakit yang muncul.
Seharusnya
8a. Walaupun
masyrakat sudah mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah, tingkat
daya beli mereka tetap rendah.
Atau
8b. Masyarakat
sudah mendapatkan bantuan langsung tunai dari pemerintah, tetapi tingkat
daya beli mereka tetap rendah.
9a. Karena belum
ada penyuluhan dari petugas kesehatan, masyarakat belum bertindak apa-apa untuk
mengatasi penyakit yang muncul.
Atau
9b. Penyuluhan
dari petugas kesehatan belum ada maka masyarakat belum bertindak apa-apa
untuk mengatasi penyakit yang muncul.
e. Menghindarkan
penggunaan kata yang mubazir
Contoh:
10. Tujuan dari
penelitian ini untuk mendeskripsikan kalimat pasif yang terdapat dalam
media massa cetak.
11. Data dikumpulkan
hanya dari satu kecamatan saja.
Seharusnya
10a. Tujuan
penelitian ini mendeskripsikan kalimat pasif yang terdapat dalam media massa
cetak.
11a. Data
dikumpulkan hanya dari satu kecamatan.
Atau
11b. Data
dikumpulkan dari satu kecamatan saja.
2.5 Paragraf
Paragraf dalam
artikel ilmiah lazimnya berupa paragraf eksposisi dan paragraf argumentasi.
Paragraf yang baik memperhatikan faktor kesatuan topik, kepaduan bentukmakna, dan
kelengkapan gagasan. Satu paragraf hanya menyajikan satu topik atau satu gagasan,
tidak boleh lebih. Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat diikat dengan kata hubung,
kata ganti, atau kata kunci. Kalimat-kalimat tersebut harus saling mendukung kesatuam
gagasan. Kalimat topik paragraf harus dirinci dengan beberapa kalimat penjelas.
Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat topik harus dihindari.
Paragraf 1 dan
paragraf 2 merupakan paragraf yang tidak baik. Paragraf 1 hanya terdiri atas
satu kalimat topik. tanpa ada kalimat penjelas. Paragraf 2 memuat dua gagasan yang
berbeda. Oleh karena itu, paragraf 1 harus dikembangkan dengan beberapa kalimat
penjelas. Dua kalimat topik pada paragraf 2 masing-masing harus dikembangkan
menjadi paragraf baru yang terpisah.
(1) Perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta di mana perguruan tinggi sebagai pembinanya
merupakan lembaga pendidikan tinggi yang memiliki tingkat tanggung jawab lebih
besar dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya dalam mengubah sumber daya
manusia Indonesia menjadi sumber daya yang mampu bersaing di tingkat internasional.
(2) Dalam
menghadapi era globalisasi saat ini dan di kemudian hari peranan sumber daya
manusia suatu bangsa sangat menentukan keberhasilan bangsa tersebut untuk
bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Kualitas sumber daya manusia
suatu bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana sumber daya manusia tersebut
dididik baik oleh lingkungannya maupun oleh lembaga pendidikan mulai sekolah
dasar sampai perguruan tinggi untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul
dalam menghadapi persaingan.
3. Penutup
Menulis artikel
ilmiah memerlukan pengetahuan dan pemahaman kaidah
kebahasaan di
samping pengetahuan teknis lain. Artikel yang baik bukan hanya sekadar
mengemas
gagasan, tatapi mempertimbangkan keapikan sarana pengemasnya, yakni
bahasa, dan
kecermatan penyajiannya. Untuk terampil menulis artikel ilmiah seperti juga
terampil menulis
artikel lain, perlu sering memanfaatkan kesempatan untuk berlatih.
Selamat berlatih
menulis.
Bahan Rujukan
Akhadiah,
Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Cet.
II.
Jakarta:
Erlangga.
Alam, Agus Haris
Purnama. 2005. Konsep Penulisan Laporan Ilmiah (Format dan Gaya).
Cet. III.
Bandung: YIM Press.
Arifin, E.
Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Cet. V. Jakarta:
Grasindo.
Hariwijaya, M.
2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan
Disertasi.
Cet. I. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Rahmadi,
Muhammad dkk. 2008. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Surakarta:
UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS.
0 komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR DENGAN BAHASA YANG SOPAN